Deskripsi
Satu set alat pemintal tradisional (pakaratinun) untuk menenun yang digunakan masyarakat adat Kanekes. Setiap komponen dari alat ini mempunyai namanya masing-masing, seperti kincir (penarik benang), kérékan (tempat digulungnya benang), pajal (batang tempat disimpannya benang), pihanean, sisir, totogan, pangréréan/pangrambuan, patitihan, limbuhan, jinjingan, barera, rorogan, pangapit, caar, dan toropong. Selain itu, setiap proses menenun dari dipintalnya benang hingga menjadi tenun juga memiliki nama tersendiri.
Secara umum, objek ini dikategorikan sebagai alat tenun gedogan; alat tenun tradisional yang dalam proses bekerja, penenun menggunakan tubuhnya untuk mengatur tegangan benang.
Detail Koleksi
- No. Inventaris
- Tanggal Inventaris
- No. Registrasi
- Tanggal Registrasi
- Sejarah Benda
- Tempat Pembuatan
- Tempat Diperoleh
K.04.61.R.06/INV.2018
21 Desember 2018
MM.ETN.2018.001.61
12 November 2018
Tenun Baduy awalnya tercipta dari keperluan sandang (pakaian) masyarakat adat yang tinggal di wilayah Kanekes. Tradisi menenun di sana diyakini telah berlangsung selama ratusan tahun, diwariskan secara lisan, dan praktik langsung antar generasi perempuan Kanekes. Bagi mereka, menenun bukan sekedar keterampilan, tetapi bentuk ketaatan terhadap adat dan ekspresi spiritual.
Menenun adalah tugas utama perempuan di Kanekes, terutama di kampung panamping (Baduy Luar). Di wilayah kampung tangtu (Baduy Dalam), praktik menenun terbatas karena larangan terhadap penggunaan teknologi dan warna tertentu. Di samping itu, proses menenun dimulai dari pembuatan benang secara manual (menggunakan kapas atau daun pélah), lalu dipintal dan diwarnai dengan bahan alami. Aktivitas ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketenangan, sering dianggap sebagai bentuk meditasi dan penghormatan terhadap leluhur.
Kain tenun yang dibuat oleh masyarakat adat Kanekes cenderung polos atau bermotif geometris sederhana, mencerminkan prinsip hidup yang tidak mencolok, selaras, dan tertib. Warna dominan seperti biru tua dan hitam melambangkan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam, serta menjadi simbol ketahanan budaya dan penolakan terhadap komodifikasi pengetahuan lokal. Dalam konteks pasca-kolonial, tenun Baduy dapat dibaca sebagai bentuk perlawanan epistemik terhadap narasi dominan yang meremehkan pengetahuan tradisional.
Kanekes
Kanekes
- Tahun Masa/Periode
- Tahun Dibuat
- Pembuat
- Cara Diperoleh
- Taksiran Harga
- Ukuran (cm)
Abad ke-21 M
2018
–
Pengadaan
–
P: 51,5 L: 95,8 T: 93
- Bahan
- Status Cagar Budaya
- Klasifikasi
- Keaslian
- Kondisi Benda
- Lokasi Benda
Kayu, benang
Bukan cagar budaya
Etnografika
Asli
Utuh, baik
Ruang Pamer Tetap 6