Museum Multatuli dan Perpustakaan Saidjah-Adinda Jadi Destinasi Wisata

MASTUR – Rangkasbitung

Gedung Perpustakaan Saidjah-Adinda dan Museum Multatuli di Kota Rangkasbitung berdiri kokoh di kawasan Alun-alun Timur Rangkasbitung. Dua bangunan tersebut megah dengan bentuk bangunan perpustakaan menyerupai leuit (lumbung padi masyarakat adat Baduy). Sementara, Museum Multatuli yang berada di sebelah perpustakaan itu merupakan bangunan lama dan menjadi benda cagar budaya. Bangunan bekas kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Lebak tersebut direstorasi dengan menghabiskan anggaran sekira Rp2,3 miliar.

Sekarang, dua bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Lebak tersebut belum dibuka untuk umum. Isi museum dan perpustakaan belum ada. Namun, bangunan yang mentereng di pusat kota ini telah menjadi buruan anak-anak muda untuk selfie. Mereka selfie dengan rekan dan kerabatnya dengan latar bangunan dan tulisan Museum Multatuli atau Perpustakaan Saidjah-Adinda.

“Bangunannya megah dan bagus buat selfie. Saya dan rekan-rekan sengaja janjian ke sini untuk foto dengan latar dua bangunan ini,” kata Handayani, pelajar SMK di Rangkasbitung, Selasa (20/12).

Dikatakannya, Kota Rangkasbitung memiliki banyak tempat yang bagus untuk dijadikan lokasi selfie. Salah satunya, Perpustakaan Saidjah-Adinda dan Museum Multatuli yang baru selesai dibangun Pemkab Lebak pada awal Desember 2016.

Trotoar di depan museum dan perpustakaan juga dibangun taman. Kondisi tersebut tentu saja membuat pengunjung yang datang ke Alun-alun Rangkasbitung punya banyak referensi untuk menongkrong dan berbagi cerita dengan teman serta keluarga.

“Dua bangunan tersebut tampak lebih keren ketika malam hari karena dilengkapi berbagai lampu hias. Bangunannya jadi bertambah indah,” ungkap Handayani.

Menurutnya, Rangkasbitung dengan Multatuli tidak bisa dipisahkan. Multatuli telah menorehkan sejarah yang mendunia. Dua nama dalam roman yang ditulis Multatuli, Saidjah dan Adinda, juga dijadikan nama perpustakaan daerah. Untuk itu, Handayani tertarik ber-selfie dengan latar bangunan dan nama museum.

“Saya yakin ke depan masyarakat dari luar Lebak akan banyak berkunjung ke Museum Multatuli dan Perpustakaan Saidjah-Adinda. Tempat ini akan menjadi lokasi wisata sejarah yang bakal menarik ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri,” ungkap pelajar ini yakin.

Linda, warga Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, juga mengaku sengaja datang ke Alun-alun Rangkasbitung untuk selfie bersama rekan-rekannya di depan museum dan perpustakaan. “Gedungnya bagus dan punya nilai sejarah yang mendunia. Sayang kalau kita enggak foto di situ. Orang dari luar daerah pasti ingin selfie di sana,” ungkapnya.

Namun, Linda dan rekan-rekannya belum bisa masuk ke area museum dan perpustakaan. Hal ini cukup membuatnya kecewa.

“Sayang, belum boleh masuk karena perpustakaan dan museum isinya belum ada,” ujar Linda tersenyum.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, Perpustakaan Saidjah-Adinda dan Museum Multatuli itu merupakan hasil kerja keras pemerintah daerah untuk masyarakat Lebak. Dua bangunan tersebut harus dijaga dan dirawat bersama. Iti meminta masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan agar museum dan perpustakaan tidak kumuh dan kotor.

“Saya juga sudah selfie di depan museum. Saya harap masyarakat ikut proaktif mempromosikan Museum Multatuli kepada masyarakat luas. Dengan mem-posting selfie di media sosial, orang akan tahu bahwa di Lebak ada Museum Multatuli,” tukasnya. (*)

Jam Kunjungan

08.00-16.00 WIB, Sabtu-Minggu sampai 15.00 WIB. Senin dan Libur Nasional Tutup

Museum Location

Jl. Alun-alun Timur No. 8, Rangkasbitung, Lebak, Banten.