Staatsblad No. 81 Tahun 1828 menjadi rujukan dalam penetapan hari ulang Tahun Kabupaten Lebak. Staatsblad tersebut memuat salinan besluit (surat keputusan)—dari Minister van Staat, Commissaris General over Nederlandsche Indië[1] No. 1, 2 Desember 1828. Secara garis besar, isinya menjelaskan pembagian wilayah Banten ke dalam tiga regentschap[2], yaitu Ceram (Serang), Lebak, dan Tjiringin (Caringin). Selain itu terdapat juga informasi mengenai pembagian distrik dari ketiga regentschap tersebut.
Lebak sendiri—sesuai dengan informasi di dalam besluit—dibagi ke dalam empat distrik, yaitu:
1. Sadjira (Sajira), di dalamnya terdapat onderdistrik atau pademangan (demangschappen) Tjiangassa, Somang dan Sadjira;
2. Lebak-prahiang (Lebak Parahiang), meliputi onderdistrik Kontjang, Lebak, Prahiang, dan Bombang;
3. Parangkoedjang (Parungkujang), terdapat onderdistrik Parangkoedjang dan Kossek;
4. Madhoor (Madur), meliputi onderdistrik Benoengan (Binuangeun), Sawarna, dan Madhoor.
Menelusuri Ibukota Pertama
Staatsblad No. 81 Tahun 1828 tidak menyebutkan mengenai keberadaan ibukota (hoofdstad) dari tiga regentschap itu. Sejak 1828, ada yang menyebut Lebak Parahiang[3]—yang saat ini berlokasi di Leuwidamar—adalah ibukota pertama Lebak, sebelum dipindahkan ke Warunggunung pada 1843. Lebak Parahiang memang disebutkan dalam Staatsblad itu sebagai empat distrik pertama dalam pembentukan regentschap Lebak.
Desas-desus Lebak Parahiang sebagai ibukota pertama harus ditelusuri kebenarannya melalui sumber primer, khususnya tinggalan arsip pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Pertanyaannya ialah, apakah Lebak Parahiang benar-benar disebutkan sebagai ibukota pertama sejak Lebak berdiri tahun 1828? Staatsblad No. Tahun 1828 hanyalah ringkasan dari Besluit. No. 1 1828. Langkah awal ialah dengan mengetahui informasi besluit tersebut, secara lengkap. Untungnya di ANRI masih menyimpan dalam naskah sumbernya.
Penelusuran lain ialah dengan membaca Daftar Arsip Tekstual Residensi Bantam-Banten, khususnya rentang tahun 1831-1849. Arsip Karesidenan dipastikan terdapat laporan administrasi. Selain itu, penelusuran bisa dilakukan dengan membaca arsip Memorie van Overgave (MvO). Arsip ini merupakan memori serah jabatan ketika residen atau asisten residen dipindahtugaskan/pensiun.
Perpindahan Warunggunung ke Rangkasbitung
Anggap saja Lebak Parahiang sebagai periode kekosongan. Pada periode selanjutnya memang cukup banyak informasi mengenai Ibukota Lebak di Warunggunung. Tidak hanya melulu dokumen produksi kolonial saja, terdapat juga sumber-sumber dari masyarakat lokal. Salah satunya ialah “Asmara Sri Angga” yang ditulis oleh R. Tumenggung Soetadiningrat, bupati Pandeglang (1870-1888) dan Serang (1888-1893).[4] Naskah tersebut pertama kali dimuat dalam jurnal Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde tahun 1893 dan ditulis dalam bahasa Sunda Banten dengan huruf latin. [5] Secara garis besar tulisan Soetadiningrat menceritakan memoarnya, khususnya situasi dan kondisi di Lebak dan Serang pada akhir abad-19. Masa kecilnya di Lebak, kehidupan sehari-hari, dan lainnya.
Informasi penting tentang ibukota diceritakan cukup jelas. Misalnya menyebutkan Warunggunung sejak 1843 menjadi ibukota Lebak. Ia juga menceritakan kondisi distrik itu yang terdapat pacuan kuda, bendungan regent sepuh, tentoonstelling (pameran), dan lainnya. Selain itu Soetadiningrat menceritakan perpindahan dari Warunggunung ke Rangkasbitung (1851), kondisi awal yang tidak terurus hingga ditata sedemikian indah oleh pemerintah kolonial.
Bila ditarik secara kronologis, Ibukota Lebak sejak zaman kolonial adalah sebagai berikut:

Catatan Akhir:
[1] Kementerian Negara, Komisaris Jenderal di Hindia-Belanda. Lembaga semacam sekretariat negara (?) yang membawahi gubernur jenderal.
[2] Kabupaten.
[3] Catatan kolonial menyebutnya Lebak-Prahijang
[4] Soetadiningrat kelahiran Sajira pada 28 September 1837.
[5] Ed. XXXVII Th. 1893, pp. 563-589. Diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (lembaga seni dan ilmu pengetahuan untuk masyarakat madani Batavia, saat ini menjadi Museum Nasional).