Sosok Multatuli diwujudkan sebagai seorang intelektual yang akrab dengan buku sebagai simbol pengetahuan. Sebagai seorang intelektual, ia memperlihatkan tanggung jawabnya pada nilai-nilai kemanusiaan dan memperjuangkannya di tanah Indonesia yang mengalami kolonialisasi Belanda. Oleh karena itu Multatuli diekspresikan dalam posisi duduk sedang membaca dan buku dibuat lebih tebal dari dirinya yang melambangkan kekuatan pengetahuan sebagai landasan untuk melaksanakan perubahan bagi hidup masyarakat tertindas. Sosok patung ini diletakkan di dalam ruangan berukuran 12×12 meter dengan tiga pembagian lantai: lantai pertama di mana Saidjah mempersilahkan masuk; lantai kedua tempat patung Multatuli sedang membaca dan di sampingnya adalah ruang belajarnya yang dihadirkan melalui rak buku dan meja kerja. Kemudian lantai berundak turun adalah tempat di mana pengunjung bisa menemukan Adinda duduk di bangku panjang yang sedang memandang sosok Multatuli.

Monumen Multatuli ini dibangun berlandaskan konsep ekspresi interaktif agar pengunjung dapat mendekati, memasuki ruang kamar kerja Multatuli berada dan merasakan semangat solidaritasnya pada bangsa Indonesia. Ini adalah monumen pertama dalam konsep interaksi yang dibangun di Indonesia.