Bertenun dapat dikatakan sebagai bentuk mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sandang (pakaian) masyarakat Baduy terutama bagi kaum perempuan. Mereka mempunyai prinsip untuk mendapatkan nafkah kebutuhan sehari-hari, baik pangan, sandang, dan papan dengan upaya yang diusahakan sendiri melalui alam lingkungan yang tersedia di masyarakat Baduy, bukan didatangkan dari luar. Dengan kemandirian dan prinsip kesederhanaan hidup, mereka memiliki tujuan yang luhur, yaitu untuk mempertahankan keseimbangan dan kelestarian alam.
Kegiatan tenun sudah melekat pada perempuan masyarakat Baduy. Di dalam bertenun (satu rangkaian proses menenun) memiliki banyak sekali aspek intangible yang terkandung di dalamnya, mulai dari makna pada alat, warna, motif, bahan, dan cara merawatnya. Aspek intangible sendiri merupakan sesuatu yang tidak berwujud atau tak benda. Aspek tidak berwujud atau hak benda ini sudah sepatutnya dijabarkan sebagai bentuk kesatuan warisan budaya dalam Suku Baduy di balik Tenun Baduy.