Keberagaman hasil pembacaan atas novel Max Havelaar, sosok Multatuli, fragmen kisah cinta Saidjah-Adinda, bahkan terkait Museum Multatuli dalam kumpulan tulisan ini, tentu akan memperkaya pemahaman kita bersama. Kita tahu, bahwa pro dan kontra terkait Multatuli dan novelnya Max Havelaar telah dimulai bahkan sejak novel itu diterbitkan pada 1860, dan masih terus berlangsung hingga kini. Masing-masing pihak memiliki logika argumentasi, dan dengan begitu kita dapat melakukan pembacaan dan menguji berbagai pandangan, baik yang pro maupun yang kontra itu. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan dmei menggairahkan wacana kita terkait kolonialisme, feodalisme, sastra sejarah, pascakolonialisme, relasi kuasa, identitas, hingga potensi pariwisata. Dan sekali lagi, hal itu justru akan memperkaya pamahaman kita bersama.
Share This Article